Kamis, 02 Oktober 2014

Bahagia itu Sederhana

Ada seorang sahabat yang bertanya "Kak, kayaknya kamu bahagia terus ya?" dan aku pun hanya bisa tersenyum. Mungkin ia belum mengerti bahwa bahagia itu sederhana, tidak dicari, namun selalu ada ketika kita menyadarinya.

Ya, bahagia itu sederhana. Bukan masalah banyaknya uang yang kita miliki, atau pun bukan mengenai jumlah harta yang ada, namun mengenai kepuasan lahir dan batin. Secara sederhana, bahagia itu ada ketika kita merasa kita bahagia, bukan karena kita mencari dimana letak kebahagiaan.



Bersyukur. Ya, bersyukur merupakan salah satu cara untuk melihat kebahagiaan dalam hidup kita. Ketika kita mensyukuri segala hal yang telah ada dalam hidup kita. Bukan dengan terus melihat rumput tetangga yang selalu nampak lebih hijau. Ya, bersyukurlah atas apa yang telah diberikan oleh sang pencipta, karena seburuk apapun hidupmu, itu adalah yang terbaik yang telah Ia berikan.

Hukum karma. Ya, aku percaya akan adanya hukum karma. Kita hidup di dunia ini pun atas karena karma kita. Sama halnya ketika kita menanam benih jagung, maka kelak jagung lah yang akan kita tanam. Sederhana, ketika kita menyadari dan percaya adanya hukum karma, kita tidak akan selalu menyalahkanNya atas apa yang kita peroleh, baik dan buruknya semua itu karena adanya karma dari kita, bukan salahNya ataupun salah makhluk lain.

Mencintai diri sendiri. Tidak semua orang mencintai dirinya dengan tulus, sama seperti ia mencintai kedua orang tuanya, sahabat, saudara, maupun pacar. Ya, tidak semua orang menyadari bahwa ketika kita mencintai diri kita sendiri dengan tulus maka akan memunculkan kebahagiaan itu sendiri. Salah satu cara sederhana untuk mencintai diri kita sendiri adalah dengan menjadi diri sendiri. Memakai topeng orang lain hanya untuk menyenangkan hati orang lain agar kita menjadi bahagia adalah salah. Bahagia itu kita yang punya dan kita yang buat, bukan orang lain.


Aku bahagia dengan duniaku, dengan diriku sebagai seorang anak perempuan. Aku bahagia dengan duniaku, dengan jalan hidup sebagai anak tengah yang harus menjadi adik sekaligus kakak. Ya, aku bahagia dengan kekuranganku, dengan banyaknya cibiran yang diberikan padaku, dengan banyaknya masalah yang menimpaku, dengan hal buruk yang mungkin tidak semua orang rasakan, aku bahagia, aku bersyukur, karena seburuk - buruknya hidupku, aku masih punya Tuhan besertaku. Ya, bahagia itu sederhana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar