Rabu, 25 Juni 2014

Kesederhanaan

Sederhana itu luas.

Dalam masalah kepribadian, seseorang bisa dikatakan sederhana ketika ia mempunyai kepribadian yang sederhana, seperti misalnya:

  • Kamu ke kampus cuma pake baju casual aja bisa digolongin sebagai "sederhana".
  • Kamu ke suatu party mewah tanpa make up juga bisa masuk kategori "sederhana".
  • Kamu nggak pernah mamerin sesuatu yang kamu punya juga bisa masuk dalam kelompok "sederhana" itu sendiri.


Sederhana, untuk kondisi perekonomian atau kehidupan seseorang seringkali dikaitkan dengan kondisi yang (maaf) "miskin" atau kelompok masyarakat tidak mampu.
Sederhana juga bisa dianggap sebagai kondisi yang tidak menonjolkan "apa yang dia mau" namun "apa yang dia butuhkan".

Untuk topik tulisan ini, aku bakal lebih ngebahas tentang kesederhanaan dalam sisi kondisi kehidupan seseorang.

Ada seorang anak manusia yang beruntung dilahirkan dalam keluarga yang berkecukupan, namun karena semua materi yang diperoleh kedua orang tuanya bukanlah dari proses yang instan, maka kedua orang tuanya mengajarkannya untuk hidup sederhana. Sebut saja ia Bunga.

Bunga diajarkan untuk selalu menghargai hal kecil dalam hidupnya. Ia diajarkan untuk menganggap materi bukanlah sesuatu yang akan menempel selamanya dalam hidup, melainkan akhlak dan budi mulia. Karena itu, tak banyak orang yang tau jika Bunga berasal dari keluarga berkecukupan. Kepribadian dan gaya hidupnya yang sederhana mengakibatkan banyak orang terkesan meremehkannya. Namun, Bunga tetap diam, dia tak lantas menyombongkan apa yang dia punya, dia hanya bisa tersenyum disaat orang lain yang hanya memandangnya dari luar sebagai (maaf) "Pengemis" begitu saja.


Kasus itu bikin aku heran. Masih jaman ya nganggep seseorang penting dan gak penting cuma dari penampilan fisik? Masih jaman ya manusia hidup di dunia ini cuma karna materi? Ok, aku juga gak bisa munafik, aku juga masih butuh duit buat bertahan hidup, buat makan, buat main, buat ngebutuhin kebutuhan fisik, tapi bukan berarti aku nyembah duit gitu aja dan ikutan nyembah mereka yang bergelimpangan materi.

Just for your information, aku pernah dalam kondisi punya "materi" tanpa punya temen cerita dan maen di dunia ini tapi gak bahagia. Dan sebaliknya, aku juga pernah dalam kondisi nggak punya "materi" tapi punya banyak temen cerita dan itu jauh lebih bahagia.

Well, napa manusia masih men"dewa"kan uang di dunia ini?
Bukan, bukan cuma uang, tapi manusia juga terkesan masih men"dewa"kan mereka yang berpangkat.

Lalu apa mereka jaminan kebahagiaanmu?
Lalu apa kamu tau bagaimana sulitnya mereka mendapat dan mempertahankan yang mereka punya?
Mereka bukan tukang sihir yang dengan mudahnya mendapatkan pangkat dan segala harta benda itu.

Lalu kamu, ya kamu yang bangga dengan segala materi yang kamu punya.
Untuk kamu yang merasa hebat ketika punya pangkat dan seluruh uang di dunia ini (dunia impiannya sendiri mungkin - red), kamu masih ngerasa hebat waktu bisa "ngebeli" orang?
Kamu nggak takut tu orang bakal pergi gitu aja ketika materi dan seluruh uang yang kamu punya itu ilang?

Dunia nggak sesempit itu men!
Dunia itu luas.



Bahagia itu sederhana.
Bahagia adalah kita bersyukur memiliki apa yang kita miliki.
Dan bahagia itu kita yang buat, bukan karena uang, bukan karena jabatan, juga bukan karena pangkat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar